Dua hari ini saya selalu mendengar kata-kata ”jika kita lemah kita merasa kuat dan jika kita kuat kita merasa lemah” benarkah itu?? Benarkah kata itu yang ada pada diri manusia?? Saya pun kemudian bertanya-tanya apakah selama ini jika saya lemah saya merasa kuat?? Atau jika saya kuat saya akan merasa lemah??
Pemikiran yang positif pasti berbuah suatu keadaan yang lebih baik untuk masa depan. Sebagai salah satu contohnya saya ambil dari kehidupan teman saya yang memiliki keluarga kurang mampu, beliau berangkat dari keluarga miskin kampung yang hanya bisa mengisi harinya untuk makan tanpa ada uang berlebih untuk membeli barang lainnya. Keluarga miskin ini mempunyai kehidupan yang sangat kurang tanpa ada sedikit pun hasil yang berlebih dari kerja keras ayah bundanya. Berangkat dari situ kita dapat melihat arti kata ”jika kita lemah kita merasa kuat”.
Semua orang pasti berfikiran tentang hidup yang lebih baik. Hidup yang lebih baik itu seperti apa sih?? Apakah dengan harta yang cukup ataukah hanya hidup dengan harta yang sedikit tapi bahagia. Namun semua orang pasti berfikir bahwa hidup yang lebih baik itu adalah hidup dengan harta yang cukup dengan kehidupan yang bahagia di dunia maupun di akherat nanti. Ya memang itu impian semua orang dalam sejatinya. Pelik memang jika seseorang manusia lahir di dunia dari keluarga yang miskin, karena tidak bisa tercukupi segala kebutuhannya (dalam bentuk harta dan barang). Itu adalah pemikiran negatif setiap orang yang selalu ingin menikmati harta dunia yang sudah jelas tidak akan dibawa pada saat kita mati nanti.
Kehidupan dunia yang sangat keras dari keluarga miskin dilalui dengan hati yang tulus oleh teman saya. Ayahnya hanya seorang pedagang gorengan keliling yang mungkin berpenghasilan per harinya sekitar 20.000 rupiah, itu pun jika benar-benar dagangannya laku. Penghasilan yang jelas-jelas tidak mungkin bisa mencukupi kebutuhan keluarga dengan anggota keluarga sebanyak 5 orang termasuk dirinya. Oleh karena itu untuk menambah penghasilan keluarga, sang Ibu berusaha membantu suaminya dengan berjualan rujak di depan rumahnya. Tambahan usaha yang dilakukan oleh sang Ibu menjadikan keluarga tersebut semakin semangat dan selalu berikhtiar dalam menjalani hidup.
Teman saya adalah anak beruntung yang dilahirkan dari rahim seorang Ibu yang tabah dan kuat. Dia merupakan anak perempuan pertama dari keluarga ini. Dia mempunyai 2 orang adik laki-laki. Sejak kecil dia selalu ingin bersekolah layaknya anak seumurannya yang sudah bersekolah. Akhirnya atas izin Tuhan lah dia dapat mengenyam pendidikan sekolah dasar dengan bantuan dari para tetangga yang merasa iba pada keluarga ini. Beliau yang menurut orang lain lemah mengatakan pada dirinya sendiri bahwa saya ini kuat. Dia merasa bahwa pertolongan dari orang lain merupakan perantara pertolongan dari Tuhan semata. Oleh karenanya dia mempunyai tekad yang kuat dengan apa yang ia inginkan, yaitu kehidupan yang lebih baik meurut perspektif semua orang, harta yang cukup dengan kehidupan bahagia di dunia maupun di akherat.
Berbekal kekuatan yang mempengaruhinya dengan didorong pemikiran yang positif dia pun membantu keluarganya dengan menjadi tukang cuci baju di rumah para tetangganya. Tak hanya pekerjaan itu dia tekuni, berjualan di kelas pun ia tekuni dari mulai berjualan pensil, sepatu, kerudung, dan apa saja yang dapat menghasilkan uang untuk biaya sekolah dan keluarganya. Alhasil dia pun lulus dari sekolah dasar itu dengan predikat yang memuaskan. Satu hal pembelajaran bagi kita semua semakin banyak tekanan yang terjadi pada manusia semakin mereka mencari-cari jalan keluar dengan harapan memecahkan permasalahan hidupnya. Tiap permasalahan yang terjadi pada manusia sebenarnya hanyalah sebagian kecil cobaan yang diberikan oleh-Nya, tinggal bagaimana kita sebagai manusia berfikir untuk tetap dalam permasalahan yang kita geluti atau keluar dengan usaha yang kita lakukan sendiri.
Satu permasalahan pada teman saya pun kembali terjadi karena dia ingin melanjutkan sekolahnya dan dia juga ingin menyekolahkan kedua adiknya sampai tamat sekolah dasar, impiannya. Tuhan pun kembali memberikan pertolongan dengan memberikannya perantara pertolongan lewat beasiswa. Ikhtiar dan usaha yang ia jalani semakin menguatkan tekad dia mencari kehidupan lebih baik. Ayah dan Ibunda tercinta hanya bisa menangis terharu mendengar usaha yang dilakukannya membuahkan banyak hasil, salah satunya adalah dengan menyekolahkan kedua adiknya di sekolah dasar bekas dia menuntut ilmu. Adik pertamanya telah menginjakkan kaki di kelas tiga sedangkan adik keduanya baru saja memasuki bangku sekolah dasar. Energi positif yang selalu menyelimuti didasari atas pemikiran yang positif menjadikan sebuah impian menjadi nyata. Alhasil ia pun lulus dengan gemilang di sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Adiknya yang pertama pun masih terus bersekolah hingga tamat SD dan bisa melanjutkan ke sekolah menengah pertama berkat beasiswa yang dia ikuti dari jejak kakaknya yang paling sulung itu. Begitu pun dengan si bungsu yang masih bersekolah dengan keringat bantuan kakak sulungnya itu.
Kehidupan yang semakin membaik pun berhasil ia berikan kepada keluarganya dengan usaha dan ikhtiar menguatkan diri dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan Semesta Alam. Permasalahan dan cobaan menjadi ilmu bagi dirinya sebagai makhluk Tuhan yang tidak bisa apa-apa tanpa bantuan dari-Nya. Keinginan bersekolah yang kuat menjadikannya ia lolos USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) atau dikenal dengan istilah PMDK IPB. Awalnya sang Ibu tidak menyetujui keputusan beliau untuk kembali bersekolah sebagai anak rantauan, karena keluarganya yang miskin, sehingga sang Ibu takut jika anak kesayangannya itu tidak dapat bertahan hidup disana. Namun lagi-lagi lewat pertolongan dari Tuhan lah ia dapat bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi karena sang Ayah dapat membujuk istrinya untuk merelakan anak perempuan kesayangannya itu pergi mencari kehidupan yang lebih baik di Bogor.
Berbekal uang Rp 100.000, dia pun memberanikan diri berjuang mencari kehidupan yang lebih baik di Bogor. Dalam hatinya dia hanya memikirkan bagaimana bisa saya diterima di IPB karena saya tidak mempunyai cukup uang untuk membayar uang pangkalnya. Sesampainya disana dengan rasa terharu dia melihat sesuatu yang sangat ajaib karena biaya yang selama ini ia pikirkan ternyata bisa di negosiasikan dari pihak rektorat bagi mahasiswa yang kurang mampu. Kenyataan tersebutlah yang kemudian membangkitkan kekuatannya kembali ingin bersekolah demi meraih kehidupan yang lebih baik.
Waktu pun berlalu kini dia menjadi pengusaha yang sukses dengan uang yang mungkin sekarang lebih dari cukup. Ia dapat memberikan kiriman setiap bulannya kepada keluarganya di rumah. Namun dalam kesuksesannya itu ia berfikir bahwa semua yang ia dapatkan itu bukanlah miliknya melainkan milik Tuhan semata. Disinilah kita dapat mengetahui arti ”jika kita kuat kita merasa lemah”. Dalam prospektif positif kita dapat mengambil kesimpulan dari kata tersebut bahwa jika kita kuat kita merasa lemah, kita bayangkan halnya perintah dari Tuhan Yang Maha Esa bahwa kita harus selalu bersyukur atas nikmatnya bahwa kita adalah lemah dihadapanNya, bahwa yang kita punya sebenarnya hanya pemberianNya semata. Jadi dengan kata lain jika kita lemah kita merasa kuat adalah ikhtiar, dan jika kita kuat kita merasa lemah adalah rendah hati. Hal tersebut dilandasi pemikiran positif menuju kehidupan yang lebih baik.