Rabu, 20 Oktober 2010

ikan buntal sebenarnya tidak beracun!!!

Sebagian besar masyarakat mengenal ikan buntal sebagai ikan yang mengandung racun tetrodotoksin. Tetrodotoksin (TTX) adalah racun potensial yang menyerang saraf dengan berat molekul rendah dan pertama kali diisolasi pada tahun 1950 sebagai prisma kristal dari racun ikan buntal oleh Yokoo. TTX menghambat konduksi saraf dan otot yang secara selektif memblokir saluran natrium sehingga mengakibatkan kelumpuhan pernafasan dan menyebabkan kematian. Racun pada ikan buntal sebenarnya tidak bersifat endogen melainkan eksogen, karena racun tersebut berasal dari bakteri laut yang diakumulasi oleh ikan buntal dari makanannya.


Hal tersebut berdasarkan penelitian dari Noguchi dan Arakawa yang menguji lebih dari 6000 spesimen ikan buntal laut jenis Takifugu rubripes yang dibudidayakan dengan non-diet yang mengandung TTX di lingkungan tertentu (bersih kandang di laut atau tanah yang terletak di delapan aquarium prefektur Jepang) dan memeriksa toksisitas hati mereka dengan beberapa bagian tubuh lainnya, termasuk organ reproduksi dan jaringan otot, menggunakan bioassay TTX. Semua spesimen tidak beracun, yaitu toksisitas mereka berada di bawah batas deteksi (2-10 MU/g). Selanjutnya, kromatografi cair atau analisis spektrometri massa menunjukkan bahwa tak satu pun dari 20 hati spesimen dari Nagasaki dan 5 hati spesimen dari Yobuko mengandung TTX, yaitu dengan kadar berada dibawah 0,1-0,4 MU/g.

Ikan buntal yang dibudidayakan (tidak beracun) spesies T. rubripes kembali menjadi beracun selama 40 hari ketika diberi makan 4 MU TTX/g massa tubuh/hari, dan selama 100 hari ketika diberi makan 0,5 MU TTX/g massa tubuh/hari. Sesudah itu, toksisitas secara terus-menerus meningkat hingga akhir periode percobaan. Selain itu tiga jenis ikan (non buntal) tidak mengandung TTX, bahkan setelah dibudidayakan selama 139 hari ketika diberi makan 4 MU TTX/g massa tubuh/hari. Jenis ini nampaknya tidak bisa mengakumulasi TTX melainkan mengeluarkan TTX dari tubuhnya.

Pada suatu eksperimen pemberian pakan yang serupa menggunakan PSP [yang terdiri atas STX dan neosaxitoxin ( neoSTX)] berisi diet untuk 60 hari, ikan buntal non-toksik juga menyerap PSP. Nilai toksisitas mereka, hanya 21% hingga 53% dengan dosis TTX yang diberikan sama yaitu sebagai kontrol (data tidak diterbitkan). Ikan buntal spesies laut lebih selektif dalam mengakumulasi TTX dibanding PSP. Hasil ini dengan jelas menunjukkan bahwa TTX dari ikan buntal bukanlah endogenus, tetapi diperoleh dari rantai makanan. Kemungkinan lain adalah bahwa TTX diproduksi oleh simbiotik atau bakteri seperti parasit yang secara langsung terkumpul di dalam tubuh dan tidak diperoleh via rantai makanan. Jumlah TTX yang diproduksi oleh bakteri nampaknya terlalu kecil untuk akumulasi TTX pada ikan buntal, oleh karena itu bioconcentration mungkin mempunyai suatu peran besar dalam akumulasi tentang TTX pada ikan buntal. Selain itu, berdasarkan pengamatan 6000 spesimen ikan buntal yang dibudidayakan lebih dari 1 tahun di dalam akuarium hasilnya pun tidak beracun. TTX diproduksi di dalam usus ikan buntal oleh bakteri laut merupakan penyokong pelengkap dalam akumulasi TTX pada ikan buntal.

Beberapa bakteri laut mengandung TTX yang kemudian diakumulasi oleh ikan buntal. Adapun beberapa mikroorganisme yang dapat menyebabkan racun TTX yaitu Planocera spp, Lineus fuscoviridi, Tubulanus punctatus, Cephalothrix linearis, Charonia sauliae, Babylonia japonica, Tutufa lissostoma, Zeuxis siquijorensis, Niotha clathrata, Niotha lineate, Cymatium echo, Pugilina ternotoma, Hapalochlaena maculosa, Pseudopolamilla occelata, Atergatis floridus, Zosimus aeneus, Carcinoscorpius rotundicauda, Parasagitta spp, Flaccisagitta spp, Astropecten spp, Yongeichthys criniger, Taricha spp, Notophthalmus spp, Cynopsis spp, Triturus spp, Atelopus spp, Colostethus sp, Polypedates sp, Brachycephalus spp. Mikroorganisme tersebut dapat mendistribusikan racun bukan hanya dari ikan buntal saja melainkan dari organisme lainnya.

Tidak selamanya TTX merugikan karena sebenarnya TTX memiliki peran yang sangat penting dalam neurofisiologi, bidang studi lain sebagai reagen penelitian (sodium channel blocker tertentu). TTX di Cina digunakan sebagai obat klinis (suatu analgesik untuk pasien kanker terminal). Di Jepang, TTX klinis sebelumnya diterapkan sebagai analgesik untuk neuralgia dan rematik. Sebuah pemahaman yang menyeluruh tentang sifat biokimia dan mekanisme akumulasi TTX akan memfasilitasi pengembangan teknologi untuk menggunakan TTX atau organisme penghasil TTX sebagai reagen dan obat-obatan, atau untuk menghasilkan ikan buntal budidaya non-toksik yang hatinya dapat digunakan sebagai makanan yang bebas racun.

Sebagian orang awam mungkin tidak percaya jika ikan buntal dikonsumsi. Hal tersebut sebenarnya fenomena yang ironi karena di Jepang ikan ini merupakan salah satu menu yang sangat digemari. Beberapa restoran di Jepang menjadikan ikan ini sebagai menu utamanya dan hanya koki-koki yang bersertifikatlah yang dapat menyajikan menu ikan buntal. Ikan buntal yang sering dikonsumsi di Jepang adalah jenis Takifugu rubripes. Teknik penanganan dan preparasi ikan buntal di Jepang merupakan secret ilmu yang tidak mereka publikasikan pada dunia luar.

Hal itu pun merupakan ironi bagi beberapa daerah di Indonesia karena mereka sebenarnya telah mengkonsumsi ikan buntal jenis Tetraodon lunaris atau yang lebih dikenal dengan nama ikan buntal pisang. Salah satu daerah di Indonesia yang mengkonsumsi ikan tersebut adalah desa Gebang Mekar, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Nelayan-nelayan di desa ini biasanya mengkonsumsi ikan ini dengan teknik penanganan dan preparasi mereka sendiri, dan hasilnya belum pernah terjadi kasus keracunan selama beberapa tahun terakhir, bahkan ada beberapa nelayan yang mengkonsumsi hati ikan ini dan hasilnya tak ada gejala keracunan yang dapat mematikan.

Preparasi yang dilakukan oleh para nelayan desa Gebang Mekar yaitu dengan cara memotong bagian dorsal antara kepala dan badan, dengan sudut 45˚ hingga batas tulang perut (jangan sampai terkena bagian jeroannya). Kulit pada bagian badan kemudian ditarik hingga didapatkan daging ikan. Penarikan kulit harus dilakukan secara hati-hati agar jeroan tidak rusak, karena menurut pengalaman empiris kandungan racun tetrodotoksin terdapat pada bagian jeroannya tepatnya di empedu. Penarikan kulit yang dilakukan tidak secara hati-hati menyebabkan empedu pecah dan tetrodotoksin akan menyebar.

Read More......

Rabu, 06 Oktober 2010

Kemiskinan bisa diatasikah??

Sejenak kita melihat Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sumber daya alamnya, baik daratan maupun lautannya. Alam yang subur dan lautan yang luas merupakan suatu anugerah yang tak ternilai harganya dari Tuhan Yang Maha Esa. Berbagai jenis hasil bumi dan lautan bisa didapat dengan mudah di negara yang di lewati garis khatulistiwa ini. Ada istilah bahwa sekalinya kita melempar batang kayu maka tumbuhlah kayu itu menjadi pohon nan rindang. Namun segenap cerita tentang kemasyuran alam Indonesia tak sebanding dengan cerita sebagian rakyatnya yang masih hidup di bawah garis kemiskinan.

Kemiskinan merupakan salah satu penyakit yang masih mewabah di Indonesia. Tercatat bahwa angka kemiskinan di Indonesia masih tinggi. Sebagai negara yang berkembang seharusnya Indonesia mempunyai sistem yang dapat memangkas angka kemiskinan sejak dini. Kemiskinan merupakan pekerjaan rumah yang masih belum terselesaikan secara tuntas oleh Pemerintah. Problematika kemiskinan sebenarnya di acu dari masyarakat sendiri. Pola kehidupan dan gaya hidup yang berlebihan merupakan salah satu contoh kebiasaan masyarakat kita. Sifat individu masyarakat yang kebanyakan mempunyai sifat malas dan hura-hura merupakan salah satu penyebab kemiskinan.

Perumpamaannya adalah generasi muda, para pemuda dan pemudi kita belum sepenuhnya sadar akan halnya pembangunan bangsa. Mereka hanya bisa mengkritisasi Pemerintah tanpa ada gerakan yang benar-benar riil yang dapat membantu Pemerintah dalam hal memberantas kemiskinan. Sebagai seorang pemuda seharusnya mereka berupaya mengusahakan suatu solusi tanpa memberikan aksi yang dapat merugikan diri sendiri (misal demo, tawuran, dan sebagainya). Pengaruh kehidupan barat yang kurang baik pun merupakan salah satu penyebab bobroknya moral generasi penerus bangsa. Pengaruh kehidupan barat yang kurang baik tersebut antara lain adalah penggunaan narkotika, genkster, pesta, freesex, dan berbagai macam kebiasaan masyarakat yang mempunyai nilai minus bagi kehidupan manusia.

Pengaruh tersebut kemudian mewabah menjadi senjata syetan dengan berbagai kenikmatan di dalamnya yang merusak generasi penerus bangsa, sehingga mereka pun tidak pernah berfikir tentang pembangunan bangsanya melainkan semakin terjerumus dalam lingkaran syetan. Namun, tidak selamanya pengaruh barat kurang baik adakalanya pengaruh barat sangat baik bagi bidang teknologi dan ilmu pengetahuan.
Sifat hedonisme menjalar ke berbagai pelosok daerah demi satu nama yaitu ”gengsi”. Beberapa pengusaha sukses sekalipun pasti diawali dari satu usaha yang ia lakukan dengan penuh ikhtiar dan keikhlasan tanpa ada kata gengsi untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkan dalam hidupnya. Jika kita berfikir hidup berdasarkan kata ”gengsi” maka tidak akan ada habisnya, karena kita pasti hidup dalam kesengsaraan.

Nilai-nilai yang terlihat didalam suatu kehidupan sebenarnya telah mengindikasikan bahwa kita harus sadar dalam menuju kehidupan yang lebih baik. Jika kita berfikir sejenak disetiap lingkungan kita, pasti banyak nilai-nilai yang terkandung untuk kita pilih baik maupun buruknya. Hanya saja sebagian orang tidak mempunyai pemikiran tentang hal itu, nilai-nilai yang terkandung dalam kehidupan baik moral maupun materiil merupakan acuan untuk membuat kekayaan diri.

Kemiskinan bisa kita atasi dengan melihat dunia luar guna mempersiapkan diri untuk terjun dalam dunia tersebut. Hal yang paling utama adalah kemampuan diri. Sebagian orang mungkin perlu untuk mendapatkan satu motivasi guna melangkah lebih lanjut. Namun, tidak hanya motivasi saja, peluang pun harus mereka kuasai. Membaca peluang usaha adalah jalan terbaik mencapai kekayaan diri. Misalnya seseorang yang telah lulus dari SMA dan dia merupakan orang yang kurang mampu. Jika dia tidak pintar membaca peluang usaha maka dia akan hidup sengsara tanpa ada kemampuan untuk menjadi kaya diri.

Selain itu kemiskinan pun bisa diatasi dengan membuang jauh-jauh sifat malas dan gaya hidup berlebihan. Gaya hidup tersebut dapat menimbulkan penyakit hati yang menjadikan penghalalan segala cara untuk mendapatkan nilai materi yang diharapkan. Timbulnya penyakit yang tentu sangat merugikan bagi bangsa merupakan salah satu nilai minus yang harus dihindari jika negara kita ingin mengatasi kemiskinan. Jika kita berkaca pada kehidupan yang lampau sebenarnya telah banyak contoh baik maupun buruk guna mengatasi kemiskinan. Namun, kembali lagi belum banyak masyarakat yang sadar akan hal itu.

Kunci sukses lain untuk pembangunan dan memberantas kemiskinan adalah kerja sama antara pemerintah dan masyarakat yang terkoordinasi dengan baik. Pemberantasan kemiskinan adalah program dari Pemerintah oleh karenanya harus didukung pula oleh seluruh lapisan masyarakat secara umum. Oleh karenanya jika kerjasama tersebut terjalin dengan baik, dengan didukung nilai-nilai yang baik didalamnya maka harapan untuk memberantas kemiskinan pasti akan tercapai sedikit demi sedikit.

Read More......

Senin, 20 September 2010

pilih mana mahasiswa tingkat akhir atau pascamahasiswa....

sebagian orang berpendapat memilih menjadi mahasiswa,,namun sebagian mahasiswa berpendapat memilih pascamahasiswa..problematika yang terjadi sebenarnya hanyalah pemikiran dari masing-masing ego seseorang untuk menyatakan pendapatnya karena salah satu dari mereka sedang merasakannya..


penglihatan pendapat tersebut tak lepas dari dua sudut pandang mahasiswa dan pascamahasiswa..kita lihat contohnya, mahasiswa tingkat akhir akan sangat senang jika mereka telah lulus atau menjadi pasca mahasiswa..namun mereka sangat bosan untuk menjadi mahasiswa karena harus menyelesaikan tugas akhir yang menurut sebagian besar mahasiswa merupakan sesuatu hal yang boring, sepele, dan menjemukan..pendapat itu memang sangat-sangat benar adanya..kita lihat persentase untuk beberapa orang yang pernah merasakan hal itu..jika kita sudah melewati masa-masa kuliah biasanya kita terlena dengan beberapa aktifitas yang mungkin bisa membuat kita menjadi malas untuk memulai mengerjakan tugas akhir tersebut..sebagian besar mahasiswa pun pernah merasakan penyakit "STA" Syndrome Tingkat Akhir..pada saat tingkat akhir mereka hanya memikirkan satu tujuan saja yaitu tugas akhir yang sangat luang waktunya bila dibandingkan dengan masa perkuliahan..jadi kebiasaan pada saat masa perkuliahan yang selalu mengejar-ngejar waktu kuliah harus tepat dan cepat semakin hilang karena pola hidup pada mahasiswa tingkat akhir hanya diisi dengan tugas akhir..

waktu luang yang banyak tersisa dari mahasiswa tingkat akhir menyebabkan adanya sedikit kebiasaan yang kurang baik dari diri seseorang, sikap santai dan malas pun selalu menghantui mereka..bagaimana tidak setiap hari mereka hanya mengerjakan penelitian yang mungkin tidak sepadat kuliah..akibatnya mereka mengisi waktu luang tersebut dengan berbagai macam kegiatan yang mungkin secara tidak langsung dapat menghambat tugas akhir mereka.. salah satu contohnya adalah bekerja, mahasiswa tingkat akhir sangat sensitif dengan dana..mereka sangat sensitif karena di satu sisi mereka sangat membutuhkan dana untuk menyelesaikan tugas akhirnya namun disisi lain mereka pun malu untuk meminta uang kepada orang tuanya karena telah merasa sanggup mencari uang..dan pada akhirnya para mahasiswa itu pun bekerja untuk menambah dananya guna membantu orang tua dan menyelesaikan tugas akhir..

namun tak selamanya rencana itu bisa langsung diwujudkan, karena terlena oleh pekerjaan yang dapat menghasilkan uang maka tugas akhir mereka pun terbengkalai sehingga banyak kasus dari mahasiswa tingkat akhir yang mendahulukan mencari uang daripada lulus..selain itu kegiatan lain yang dapat menyebabkan mahasiswa ingin cepat-cepat merasakan pasca mahasiswa adalah olahraga, hobi dan sebagainya yang dapat memperlambat tugas akhir selesai..jadi kita dapat menyimpulkan bahwa mahasiswa banyak memilih menjadi pascamahasiswa yang gampang mencari dana dan tidak pusing memikirkan tugas akhir...

jika kita melihat dari sudut pandang pasca mahasiswa..mereka pasti berpendapat memilih menjadi mahasiswa karena semua kenangan yang mereka buat merupakan salah satu memory yang ingin mereka ulang kembali..seorang pascamahasiswa sangat menikmati pada saat mahaiswanya karena tidak memikirkan akan berkeluarga kapan?? siap belum untuk menikah?? bisa tidak mencukupi keluarga?? balas budi terhadap orang tua?? dan masih banyak pemikiran lainnya yang menjadikan hal tersebut sebagai senjata bahwa mahasiswa itu lebih enak daripada pasca mahasiswa..ya mungkin bagi sebagain pascamahasiswa mereka pusing mencari-cari kerja, sebagian lain pusing memikirkan untuk berkeluarga kelak,..dan masih banyak problematika lainnya..

pemikiran ini berasal dari sudut pandang dua orang yang berbeda namun masih sangat erat kaitannya dengan kehidupan kampus yang semakin lama semakin ramai oleh orang-orang yang terkena penyakit STA

Read More......

Minggu, 19 September 2010

Jika kita lemah maka kita merasa kuat dan jika kita kuat kita merasa lemah…

Dua hari ini saya selalu mendengar kata-kata ”jika kita lemah kita merasa kuat dan jika kita kuat kita merasa lemah” benarkah itu?? Benarkah kata itu yang ada pada diri manusia?? Saya pun kemudian bertanya-tanya apakah selama ini jika saya lemah saya merasa kuat?? Atau jika saya kuat saya akan merasa lemah??


Pemikiran yang positif pasti berbuah suatu keadaan yang lebih baik untuk masa depan. Sebagai salah satu contohnya saya ambil dari kehidupan teman saya yang memiliki keluarga kurang mampu, beliau berangkat dari keluarga miskin kampung yang hanya bisa mengisi harinya untuk makan tanpa ada uang berlebih untuk membeli barang lainnya. Keluarga miskin ini mempunyai kehidupan yang sangat kurang tanpa ada sedikit pun hasil yang berlebih dari kerja keras ayah bundanya. Berangkat dari situ kita dapat melihat arti kata ”jika kita lemah kita merasa kuat”.

Semua orang pasti berfikiran tentang hidup yang lebih baik. Hidup yang lebih baik itu seperti apa sih?? Apakah dengan harta yang cukup ataukah hanya hidup dengan harta yang sedikit tapi bahagia. Namun semua orang pasti berfikir bahwa hidup yang lebih baik itu adalah hidup dengan harta yang cukup dengan kehidupan yang bahagia di dunia maupun di akherat nanti. Ya memang itu impian semua orang dalam sejatinya. Pelik memang jika seseorang manusia lahir di dunia dari keluarga yang miskin, karena tidak bisa tercukupi segala kebutuhannya (dalam bentuk harta dan barang). Itu adalah pemikiran negatif setiap orang yang selalu ingin menikmati harta dunia yang sudah jelas tidak akan dibawa pada saat kita mati nanti.

Kehidupan dunia yang sangat keras dari keluarga miskin dilalui dengan hati yang tulus oleh teman saya. Ayahnya hanya seorang pedagang gorengan keliling yang mungkin berpenghasilan per harinya sekitar 20.000 rupiah, itu pun jika benar-benar dagangannya laku. Penghasilan yang jelas-jelas tidak mungkin bisa mencukupi kebutuhan keluarga dengan anggota keluarga sebanyak 5 orang termasuk dirinya. Oleh karena itu untuk menambah penghasilan keluarga, sang Ibu berusaha membantu suaminya dengan berjualan rujak di depan rumahnya. Tambahan usaha yang dilakukan oleh sang Ibu menjadikan keluarga tersebut semakin semangat dan selalu berikhtiar dalam menjalani hidup.

Teman saya adalah anak beruntung yang dilahirkan dari rahim seorang Ibu yang tabah dan kuat. Dia merupakan anak perempuan pertama dari keluarga ini. Dia mempunyai 2 orang adik laki-laki. Sejak kecil dia selalu ingin bersekolah layaknya anak seumurannya yang sudah bersekolah. Akhirnya atas izin Tuhan lah dia dapat mengenyam pendidikan sekolah dasar dengan bantuan dari para tetangga yang merasa iba pada keluarga ini. Beliau yang menurut orang lain lemah mengatakan pada dirinya sendiri bahwa saya ini kuat. Dia merasa bahwa pertolongan dari orang lain merupakan perantara pertolongan dari Tuhan semata. Oleh karenanya dia mempunyai tekad yang kuat dengan apa yang ia inginkan, yaitu kehidupan yang lebih baik meurut perspektif semua orang, harta yang cukup dengan kehidupan bahagia di dunia maupun di akherat.

Berbekal kekuatan yang mempengaruhinya dengan didorong pemikiran yang positif dia pun membantu keluarganya dengan menjadi tukang cuci baju di rumah para tetangganya. Tak hanya pekerjaan itu dia tekuni, berjualan di kelas pun ia tekuni dari mulai berjualan pensil, sepatu, kerudung, dan apa saja yang dapat menghasilkan uang untuk biaya sekolah dan keluarganya. Alhasil dia pun lulus dari sekolah dasar itu dengan predikat yang memuaskan. Satu hal pembelajaran bagi kita semua semakin banyak tekanan yang terjadi pada manusia semakin mereka mencari-cari jalan keluar dengan harapan memecahkan permasalahan hidupnya. Tiap permasalahan yang terjadi pada manusia sebenarnya hanyalah sebagian kecil cobaan yang diberikan oleh-Nya, tinggal bagaimana kita sebagai manusia berfikir untuk tetap dalam permasalahan yang kita geluti atau keluar dengan usaha yang kita lakukan sendiri.

Satu permasalahan pada teman saya pun kembali terjadi karena dia ingin melanjutkan sekolahnya dan dia juga ingin menyekolahkan kedua adiknya sampai tamat sekolah dasar, impiannya. Tuhan pun kembali memberikan pertolongan dengan memberikannya perantara pertolongan lewat beasiswa. Ikhtiar dan usaha yang ia jalani semakin menguatkan tekad dia mencari kehidupan lebih baik. Ayah dan Ibunda tercinta hanya bisa menangis terharu mendengar usaha yang dilakukannya membuahkan banyak hasil, salah satunya adalah dengan menyekolahkan kedua adiknya di sekolah dasar bekas dia menuntut ilmu. Adik pertamanya telah menginjakkan kaki di kelas tiga sedangkan adik keduanya baru saja memasuki bangku sekolah dasar. Energi positif yang selalu menyelimuti didasari atas pemikiran yang positif menjadikan sebuah impian menjadi nyata. Alhasil ia pun lulus dengan gemilang di sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Adiknya yang pertama pun masih terus bersekolah hingga tamat SD dan bisa melanjutkan ke sekolah menengah pertama berkat beasiswa yang dia ikuti dari jejak kakaknya yang paling sulung itu. Begitu pun dengan si bungsu yang masih bersekolah dengan keringat bantuan kakak sulungnya itu.

Kehidupan yang semakin membaik pun berhasil ia berikan kepada keluarganya dengan usaha dan ikhtiar menguatkan diri dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan Semesta Alam. Permasalahan dan cobaan menjadi ilmu bagi dirinya sebagai makhluk Tuhan yang tidak bisa apa-apa tanpa bantuan dari-Nya. Keinginan bersekolah yang kuat menjadikannya ia lolos USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) atau dikenal dengan istilah PMDK IPB. Awalnya sang Ibu tidak menyetujui keputusan beliau untuk kembali bersekolah sebagai anak rantauan, karena keluarganya yang miskin, sehingga sang Ibu takut jika anak kesayangannya itu tidak dapat bertahan hidup disana. Namun lagi-lagi lewat pertolongan dari Tuhan lah ia dapat bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi karena sang Ayah dapat membujuk istrinya untuk merelakan anak perempuan kesayangannya itu pergi mencari kehidupan yang lebih baik di Bogor.

Berbekal uang Rp 100.000, dia pun memberanikan diri berjuang mencari kehidupan yang lebih baik di Bogor. Dalam hatinya dia hanya memikirkan bagaimana bisa saya diterima di IPB karena saya tidak mempunyai cukup uang untuk membayar uang pangkalnya. Sesampainya disana dengan rasa terharu dia melihat sesuatu yang sangat ajaib karena biaya yang selama ini ia pikirkan ternyata bisa di negosiasikan dari pihak rektorat bagi mahasiswa yang kurang mampu. Kenyataan tersebutlah yang kemudian membangkitkan kekuatannya kembali ingin bersekolah demi meraih kehidupan yang lebih baik.

Waktu pun berlalu kini dia menjadi pengusaha yang sukses dengan uang yang mungkin sekarang lebih dari cukup. Ia dapat memberikan kiriman setiap bulannya kepada keluarganya di rumah. Namun dalam kesuksesannya itu ia berfikir bahwa semua yang ia dapatkan itu bukanlah miliknya melainkan milik Tuhan semata. Disinilah kita dapat mengetahui arti ”jika kita kuat kita merasa lemah”. Dalam prospektif positif kita dapat mengambil kesimpulan dari kata tersebut bahwa jika kita kuat kita merasa lemah, kita bayangkan halnya perintah dari Tuhan Yang Maha Esa bahwa kita harus selalu bersyukur atas nikmatnya bahwa kita adalah lemah dihadapanNya, bahwa yang kita punya sebenarnya hanya pemberianNya semata. Jadi dengan kata lain jika kita lemah kita merasa kuat adalah ikhtiar, dan jika kita kuat kita merasa lemah adalah rendah hati. Hal tersebut dilandasi pemikiran positif menuju kehidupan yang lebih baik.

Read More......

Sabtu, 04 September 2010

ikan buntal sebagai lauk di Cirebon


Selama ini kita ketahui bahwa ikan buntal merupakan jenis ikan yang sangat mematikan jika dikonsumsi. Ikan buntal ini merupakan ikan dari jenis puffer fish atau yang lebih dikenal dengan sebutan ikan fugu di Jepang. Jepang merupakan salah satu negara yang gemar mengkonsumsi ikan ini, kalau tidak dijadikan sebagai steak bisa dijadikan sebagai  santapan lain layaknya ikan salmon dan tuna yang sangat lezat dagingnya.


Ikan buntal ini oleh sebagian masyarakat Indonesia telah di cap sebagai ikan yang beracun dan tidak boleh dimakan dengan cara apapun, namun ketika saya berkunjung ke daerah Gebang Mekar tepatnya di Kabupaten Cirebon saya sangat terkejut karena hampir seluruh warga di sekitar Gebang Mekar mengkonsumsi ikan buntal itu. Pengalaman saya ini menjadi pertanyaan besar bagi diri saya, bagaimana tidak ikan yang selama ini menjadi hantu karena racunnya, namun di tangan orang Gebang Mekar menjadi santapan yang lezat dan bergizi.

Sebagian besar warga Gebang Mekar merupakan nelayan yang mencari kehidupan di laut utara Jawa. Mereka merupakan salah satu ciri masyarakat pesisir Indonesia yang menggantungkan semua kehidupannya pada laut. Ada istilah dari daerah tersebut "ari bli miyang ya bli urip" (kalau tidak melaut ya tidak bisa hidup) . Ikan buntal merupakan hasil tangkapan sampingan dari para nelayan daerah tersebut , sehingga  harganya relatif murah dan jika dijual pun untungnya sedikit. "iwak iki arane iwak buntek jar, enak pisan  rasane jeh tapi regane murah dadie ya mending digoreng dewek daripada di dol" (ikan ini namanya ikan buntal jar, enak banget rasanya tapi harganya murah jadi yang lebih baik digoreng sendiri daripada di jual) begitu pernyataan seorang nelayan Gebang Mekar kepada saya. Masyarakat disana memilih untuk mengolah ikan buntal sendiri menjadi makanan daripada harus menjualnya ke para pedagang/pengumpul. Ikan ini biasanya dipreparasi kemudian langsung di goreng dengan tambahan garam dan kunyit secukupnya layaknya ikan goreng biasa. Teknik preparasi yang tidak lazim dari ikan ini menjadikan salah satu  penemuan baru bagi diri saya karena dengan teknik preparasi itu kita dapat mengambil daging ikan buntal tanpa memecahkan  perutnya.

Saya pun kembali ke IPB Bogor, saya masih merasa penasaran dengan fenomena tersebut, akhirnya selang berapa lama saya mengetahui ikan buntal tersebut ikan buntal jenis apa. Informasi tersebut berasal dari seorang teman saya yang berasal dari Gebang Mekar dan merupakan anak IPB juga. Ikan tersebut merupakan ikan buntal pisang yang merupakan salah satu dari jenis ikan buntal dari genus Tetraodon. Saya pun kembali giat untuk mencari kandungan racun yang terdapat di dalam ikan buntal pisang tersebut, ternyata hasilnya sangat tidak mungkin karena saya mendapatkan data bahwa kandungan racun ikan buntal pisang ini terdapat di jaringan otot (muscle) dengan kandungan tetrodotoksin sebesar 1000 MU/gr. Saya pun bertanya-tanya kenapa bisa ikan buntal tersebut dimakan oleh orang-orang di daerah Gebang Mekar tersebut. Akhirnya dengan semangat saya menemukan jawabannya bahwa ada sebuah jurnal yang mengatakan sebenarnya tetrodotoksin ikan buntal disebabkan oleh makanan ikan buntal dari jenis mikroorganisme yang dapat mengakumulasi racun tersebut ke dalam tubuh ikan buntal.

Dalam kejadian ini saya mendapatkan kesimpulan bahwa ikan buntal pisang yang dijadikan lauk oleh masyarakat Gebang Mekar, benar-benar ikan yang mungkin mengandung racun yang sedikit atau tidak ada sama sekali, hal ini diduga akibat dari beberapa mikroorganisme penyebab tetrodotoksin tidak terdapat pada wilayah perairan utara Jawa. Menurut warga sekitar belum ada kejadian keracunan bahkan kematian pada saat mengkonsumsi ikan ini, namun ada berita bahwa terjadi kematian setelah mengkonsumsi ikan buntal pace bukan ikan buntal pisang.

Read More......